• 04/05/2024
mashupch.com

Prioritas Dukungan Militer di Ukraina: Sniper AS Ungkap Kebutuhan Mendesak Amunisi

mashupch.com – Seorang penembak jitu asal Amerika Serikat yang turut terlibat dalam konflik di Ukraina, Jonathan Poquette, memberikan penilaian terkini mengenai kebutuhan militer yang mendesak di garis depan. Menurut Poquette, tentara Ukraina saat ini sangat membutuhkan pasokan artileri dan amunisi, lebih dari peralatan berat seperti tank yang sering menjadi pusat perhatian dalam diskusi tentang donasi militer dari negara-negara Barat.

Poquette, yang beroperasi bersama Chosen Company sebuah pasukan internasional yang bertugas sebagai unit pengintaian di Ukraina, tetapi juga sering terlibat dalam operasi serangan dan pertahanan—menyatakan bahwa krisis amunisi yang dihadapi Ukraina membuat mereka harus sangat selektif dalam menentukan target. Situasi ini bahkan mengharuskan mereka untuk mengambil keputusan sulit seperti membiarkan pasukan Rusia maju karena keterbatasan amunisi.

Lebih jauh, Poquette memberikan perspektif bahwa kendaraan tempur seperti tank bukanlah prioritas utama di tengah kondisi perang saat ini. Ia menekankan bahwa persediaan artileri dan amunisi yang memadai adalah kunci yang memungkinkan setiap prajurit Ukraina untuk berperang secara efektif dan menghambat kemajuan Rusia. Kendati tank memiliki peran penting dalam pertempuran, Poquette berpendapat bahwa amunisi dan persenjataan ringan seperti granat, ranjau, dan sistem roket, memiliki dampak yang lebih besar dalam skala operasi militer.

Kekurangan senjata dan peralatan yang dialami oleh Ukraina menghadirkan tantangan serius, dengan Poquette menunjukkan bahwa satu tank tidak memiliki dampak yang sama seperti ribuan peluru artileri atau mortir yang dapat digunakan oleh pasukan.

Kondisi ini diperparah oleh perbandingan kekuatan senjata antara Ukraina dan Rusia, yang menurut Letnan Jenderal Oleksandr Syrsky, Komandan Tertinggi militer Ukraina, sangat timpang. Dalam pertarungan di garis depan, Rusia memiliki kelebihan dalam artileri dan mortir dengan perbandingan enam banding satu terhadap Ukraina. Meski demikian, Syrsky mencatat bahwa Ukraina telah belajar bertempur tidak hanya dengan jumlah amunisi, tetapi juga dengan keahlian dan strategi dalam menggunakan senjata yang tersedia untuk mengatasi kekurangan mereka.